Selamat Datang Diwebsite Paroki St.Simon Petrus Compang Jejak Relewan Aceh || Pater Primus Jan

Jejak Relewan Aceh || Pater Primus Jan

0
Istimewa

WARTASSPC.ID- Saya sangat terkejut ketika saudariku mengirim foto ini di WA-ku. Aku hampir tidak mengenal lagi pemuda dan pemudi di foto ini. Setelah menatapnya dengan rasa ingin tahu yang mendalam, ternyata dia itu adalah diriku.


Siapakah nona manis yang menjadi pendampingku itu?


Kita tahu, tahun 2004, Tsunami yang sangat dasyat telah memporakporandakan Aceh yang dikenal sebagai " Mekahnya Indonesia". Ada banyak korban jiwa dan harta, korban perasaan dan harga diri. Dunia tidak menutup mata terhadap tragedi yang memilukan itu. Ada banyak LSM lokal dan internasional yang membantu para korban. Berbagai agama menunjukan solidaritas dan cinta yang nyata dengan mengirimkan bantuan ke sana. 


Seminari Tinggi St. Paulus, Ledalero- Maumere, sebagai " cuisine/ dapur" yang mempersiapkan para misionaris, berperan aktif dalam karya- karya karitatif yang dapat menyelamatkan sesama. Ketika tsunami di Aceh berakhir, dia mengutus puluhan Fraternya sebagai relawan untuk merasakan dari dekat penderitaan saudara dan saudari mereka di sana dan memberikan mereka bantuan berupa sembako. 


Saya adalah salah satu Frater yang dikirim ke sana saat itu. Berbajukan " VIVAT Internasional", kami ke sana dengan penuh kasih sayang. VIVAT adalah organisi sosial dan religius dari beberapa Kongregasi religius dan misioner yang bersifat internasional yang memiliki misi untuk bekerja menciptakan keadilan, perdamaian dan keutuhan lingkungan hidup. SVD adalah salah satu anggotanya . 


Bulan Januari 2005, kami ke Aceh. Kami diutus ke beberapa Kabupaten. Saya bekerja di Loksomawe- Aceh Timur selama 3 bulan. Sangat menyedihkan melihat dari dekat situasi orang- orang di sana. Apa pekerjaan kami saat itu? Kami membeli sembako, lalu dikemas dalam plastik lalu dibagi- bagikan kesetiap camp pengungsi. Kami tidur di sana berhari- hari lalu kembali ke kota untuk membeli dan mempersiapkan sembako lagi. Ketika kami ada bersama mereka di camp itu, kami mendengarkan keluh kesah mereka. Mendengarkan mereka merupakan salah satu kebutuhan penting mereka saat itu. Pastoral mendengarkan itu sangat penting.


Saat itu kami mempekerjakan beberapa orang asli di sana untuk membantu kami menyiapkan sembako tersebut. Di antara mereka ada dua orang mahasiswi yang sangat cantik. Mereka kehilangan orangtua mereka. Pendamping saya di atas adalah salah satunya. Setiap hari kami bekerja sama dan sama- sama bekerja. Saat itu kami memiliki satu perasaan dan motivasi yang sama yaitu membantu dan menyelamatkan mereka yang menderita. Saat itu kami masih sangat muda. Namun Kami tidak bertanya " you agama apa?" Tetapi " apa yang kita harus lakukan bersama" untuk membantu sesama.


 Di tengah suasana duka cita karena tsunami tersebut, kami mampu membangun persaudaraan dan persaudarian lintas agama dan budaya. 


Berada di Aceh selama 3 bulan tetap merupakan pengalaman yang selalu hidup: pengalaman ada bersama mereka yang menderita, ada bersama gadis- gadis cantik yang sangat menghargai agama dan kebudayaan mereka dan juga agama yang lain. Kata orang, nona- nona Aceh adalah yang tercantik di Indonesia, Saya membenarkannya. Pengalaman telah membantu sesama yang menderita dan menjadi seperti mereka, itulah yang terpenting dan selalu dicatat di agenda kehidupan ini. Spirit seperti itulah yang dibutuhkan oleh dunia kita sekarang ini.


Untukmu Acehku, semoga selalu jaya dan diberkati Tuhan. I miss you.


Writer|| Pater Primus Jan, SVD
Editor || Stano

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top